Valentine, Udah Nggak Zaman!
Tepat bulan Februari banyak orang mengatakan bulan kasih sayang, karena tepat tanggal 14 Februari adalah hari valentine. Namun apakah hanya tanggal tersebut kasih sayang tersebut dicurahkan?. Padahal kita bisa mengaplikasikannya setiap hari. Kasih sayang, tidak hanya dengan sesama manusia tetapi juga dengan makhluk ciptaan Allah SWT lainnya kita juga harus membagi kasih sayang itu.
Dosen Fakultas Hukum, Farah Liza Adnan, menyatakan. “Hari kasih sayang sebenarnya tidak ada di dalam Islam yang dikhususkan spesial tanggal 14 Februari. Dalam pembukaan Al Quran disebutkan bismilahhirahmannirahim yang artinya dengan nama Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang. Kata kasih dan sayang itu diartikan Allah mengasihi manusia secara keseluruhan dan Allah menyayangi manusia secara khusus artinya yang beriman maksudnya orang yang Islam, kasih maksudnya dikasihi. Dan Allah yang dikasihi semua makhluk hidup dikasihi di sini berarti diberi rezeki, diberi pengetahuan,” ucapnya.
“Kasih sayang di sini bukan berarti kita setuju dengan hari kasih sayang valentine. Dalam Agama Islam juga diajarkan kita harus saling mengasihi, maksudnya saling memberi walaupun beda agama. Namun yang terjadi saat ini, hari valentine malah membuat orang mendekatkan zina, seperti membuat kata-kata kiasan, berpelukan, berciuman. Makanya di dalam Al-Quran dikatakan jangan dekatkan zina. Karena valentine termasuk yang berkhalawat seperti berdua-dua, bermesraan,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan Abdul Malik Bahar. “Valentine nothing special, bagi saya pribadi tidak suka kalau valentine dibesar-besarkan,” Tegasnya.
Kembali kita tanamkan dalam diri kita masing-masing untuk mengenyahkan valentine day. Karena hari kasih sayang itu bisa dirayakan setiap hari oleh siapa saja, di mana saja dan kapan saja. Karena cinta harus ditebarkan oleh semua makhluk Allah SWT. Cinta harus didasari dengan cinta yang hakiki, ke mana pun cinta itu pergi harus berpokok pada cinta yang hakiki yaitu cinta kita kepada Allah SWT. Jadi tidak ada mentuhankan Allah mentuhankan anak. Kalau kita mencintai Allah sebenar-benar cinta maka implikasi seperti cinta kepada makhluk karena Allah SWT telah memberikan titipan kepada kita makanya kita harus memelihara dan menjaganya. Segala bentuk cinta yang kita berikan kepada seluruh makhluk hidup karena cinta kita kepada Allah SWT. Q-Q/WT
OASE
BELAJAR MEMAAFKAN
Suatu ketika, ada seorang guru yang meminta murid-muridnya untuk membawa satu kantung plastik bening ke sekolah. Ia meminta setiap anak untuk memasukkan beberapa kentang di dalamnya. Setiap anak diminta untuk memasukkan sebuah kentang, untuk setiap orang yang tak mau mereka maafkan. Mereka diminta untuk menuliskan nama orang itu, dan mencantumkan tanggal di dalamnya. Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, walaupun banyak juga yang memiliki plastik yang kelebihan beban.
Mereka diminta untuk membawa kantung bening itu siang dan malam. Ke mana saja harus mereka bawa selama satu minggu penuh. Kantung itu, harus ada di sisi mereka kala tidur, di letakkan di meja saat belajar dan ditenteng saat berjalan. Lama-kelamaan kondisi kentang itu makin tak menentu. Banyak dari kentang itu yang membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini.
Akhirnya, waktu satu minggu itu selesai. Semua anak banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus. Pekerjaan ini setidaknya, memberikan hikmah spiritual yang besar sekali buat anak-anak. Suka-duka saat membawa kantung yang berat akan menjelaskan pada mereka, bahwa membawa beban itu sesungguhnya sangat tidak menyenangkan. Memaafkan adalah pekerjaan yang lebih mudah daripada membawa semua beban itu ke mana saja kita melangkah.
Ini adalah sebuah perumpamaan yang baik tentang harga yang harus kita bayar untuk sebuah kepahitan yang kita simpan dan dendam yang kita genggam terus menerus. Getir, berat, dan meruapnya aroma yang tak sedap, itulah nilai yang akan kita dapatkan saat memendam amarah dan kebencian. Sering kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita beri maaf. Namun, kita harus kembali belajar bahwa pemberian itu juga hadiah untuk diri kita sendiri. Hadiah untuk sebuah kebebasan. Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah dan kedengkian hati. (sumber : mutiaraterserak.blogspot.com) NAD
EMBUN
KETIKA CINTA BERMUARA
Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam. Begitu pentingnya cinta dalam setiap kehidupan di dunia ini. Karena cinta, maka tidak akan pernah ada seekor harimau memakan anaknya. Karena cinta pula, seorang ibu rela berkorban demi anaknya. Cinta selalu memberikan kebahagiaan. Seorang manusia tidak akan dapat hidup tanpa cinta. Sejak awal kehidupannya manusia membutuhkan cinta sampai dia meninggalkan dunia ini. Cinta adalah perwujudan dari naluri untuk mempertahankan keturunan.
Dalam firman Allah S. W. T., : “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak…” (QS. Al-Imran : 14)
Cinta merupakan fitrah yang dimiliki setiap manusia. Cinta berawal dari pandangan mata, Rasulullah S. A. W. bersabda, : “Pandangan mata itu laksana anak panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis. Barangsiapa menahan pandangannya dari keindahan-keindahan wanita, maka Allah mewariskan kelezatan di dalam hatinya hingga hari ia bertemu denganNya.” (HR. Ahmad). Ibnu Abbas berkata, : “Kedudukan syaitan dalam diri seorang pria itu ada tiga tempat, yaitu dalam pandangannya, hatinya dan ingatannya. Kedudukan syaitan dalam diri seorang wanita juga ada tiga tempat, yaitu dalam lirikan matanya, hatinya dan kelemahannya.”
Pesona diri dalam setiap manusia dapat menjadi potensi terciptanya cinta yang membabi buta. Cinta itu memiliki aturan, tidak semua cinta yang kita rasakan harus dimiliki dengan cara apapun. Jangan pernah tertipu dengan cinta yang semu. Cinta sejati adalah cinta karena Illahi, tulus, ikhlas, tanpa pamrih, tak lekang dimakan zaman dan ditempa cuaca.
Cinta sejati juga akan tahan uji, tetap terkenang meski jasad tercerai dari ruhnya. Seperti cinta putri Rasulullah Zainab binti Muhammad dengan Abil Ash ibnur Rabi, Nabi Yusuf AS dengan Siti Zulaikha. Jika kita meletakkan cinta karena Allah S. W. T. maka kita akan selalu mendengar, melihat, berbuat dengan petunjuk Allah, kita tidak akan tersesat oleh godaan-godaan syaitan yang selalu ada di sekeliling kita dan kita akan selalu berada dalam pertolongan Allah. Rasulullah bersabda, :
“Tiga golongan yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah : pejuang di jalan Allah, seorang hamba sahaya yang menghendaki kebebasan dan seorang yang menikah karena menginginkan kesucian.” (HR. Tirmidzi)
Belajarlah untuk selalu menjadikan Allah sebagai muara cinta kita sehingga kita dapat berfikir dan melihat dengan jernih semua yang akan kita lakukan. Jika kita mampu maka menikah adalah pilihan yang terbaik. Tetapi jika kita belum mampu bersabarlah dan yakinlah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita.
Mencintai tidak hanya untuk lawan jenis. Mencintai teman dan saudara seiman karena Allah adalah suatu keharusan. Orang-orang yang saling mencintai karena Allah berbagi kebahagiaan dengan orang yang dicintainya. Bahkan ia rela mendahulukan kepentingan dan kebahagiaan saudaranya. Rasulullah bersabda, : “Tidaklah saling mencintai dua orang dalam agama Allah Ta’ala kecuali yang paling afdal diantara keduanya adalah yang paling besar cintanya pada sahabatnya.” (HR. Tirmidzi). Waallahu a’lam bisshowab…
OASE
BELAJAR MEMAAFKAN
Suatu ketika, ada seorang guru yang meminta murid-muridnya untuk membawa satu kantung plastik bening ke sekolah. Ia meminta setiap anak untuk memasukkan beberapa kentang di dalamnya. Setiap anak diminta untuk memasukkan sebuah kentang, untuk setiap orang yang tak mau mereka maafkan. Mereka diminta untuk menuliskan nama orang itu, dan mencantumkan tanggal di dalamnya. Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, walaupun banyak juga yang memiliki plastik yang kelebihan beban.
Mereka diminta untuk membawa kantung bening itu siang dan malam. Ke mana saja harus mereka bawa selama satu minggu penuh. Kantung itu, harus ada di sisi mereka kala tidur, di letakkan di meja saat belajar dan ditenteng saat berjalan. Lama-kelamaan kondisi kentang itu makin tak menentu. Banyak dari kentang itu yang membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini.
Akhirnya, waktu satu minggu itu selesai. Semua anak banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus. Pekerjaan ini setidaknya, memberikan hikmah spiritual yang besar sekali buat anak-anak. Suka-duka saat membawa kantung yang berat akan menjelaskan pada mereka, bahwa membawa beban itu sesungguhnya sangat tidak menyenangkan. Memaafkan adalah pekerjaan yang lebih mudah daripada membawa semua beban itu ke mana saja kita melangkah.
Ini adalah sebuah perumpamaan yang baik tentang harga yang harus kita bayar untuk sebuah kepahitan yang kita simpan dan dendam yang kita genggam terus menerus. Getir, berat, dan meruapnya aroma yang tak sedap, itulah nilai yang akan kita dapatkan saat memendam amarah dan kebencian. Sering kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita beri maaf. Namun, kita harus kembali belajar bahwa pemberian itu juga hadiah untuk diri kita sendiri. Hadiah untuk sebuah kebebasan. Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah dan kedengkian hati. (sumber : mutiaraterserak.blogspot.com) NAD
EMBUN
KETIKA CINTA BERMUARA
Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam. Begitu pentingnya cinta dalam setiap kehidupan di dunia ini. Karena cinta, maka tidak akan pernah ada seekor harimau memakan anaknya. Karena cinta pula, seorang ibu rela berkorban demi anaknya. Cinta selalu memberikan kebahagiaan. Seorang manusia tidak akan dapat hidup tanpa cinta. Sejak awal kehidupannya manusia membutuhkan cinta sampai dia meninggalkan dunia ini. Cinta adalah perwujudan dari naluri untuk mempertahankan keturunan.
Dalam firman Allah S. W. T., : “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak…” (QS. Al-Imran : 14)
Cinta merupakan fitrah yang dimiliki setiap manusia. Cinta berawal dari pandangan mata, Rasulullah S. A. W. bersabda, : “Pandangan mata itu laksana anak panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis. Barangsiapa menahan pandangannya dari keindahan-keindahan wanita, maka Allah mewariskan kelezatan di dalam hatinya hingga hari ia bertemu denganNya.” (HR. Ahmad). Ibnu Abbas berkata, : “Kedudukan syaitan dalam diri seorang pria itu ada tiga tempat, yaitu dalam pandangannya, hatinya dan ingatannya. Kedudukan syaitan dalam diri seorang wanita juga ada tiga tempat, yaitu dalam lirikan matanya, hatinya dan kelemahannya.”
Pesona diri dalam setiap manusia dapat menjadi potensi terciptanya cinta yang membabi buta. Cinta itu memiliki aturan, tidak semua cinta yang kita rasakan harus dimiliki dengan cara apapun. Jangan pernah tertipu dengan cinta yang semu. Cinta sejati adalah cinta karena Illahi, tulus, ikhlas, tanpa pamrih, tak lekang dimakan zaman dan ditempa cuaca.
Cinta sejati juga akan tahan uji, tetap terkenang meski jasad tercerai dari ruhnya. Seperti cinta putri Rasulullah Zainab binti Muhammad dengan Abil Ash ibnur Rabi, Nabi Yusuf AS dengan Siti Zulaikha. Jika kita meletakkan cinta karena Allah S. W. T. maka kita akan selalu mendengar, melihat, berbuat dengan petunjuk Allah, kita tidak akan tersesat oleh godaan-godaan syaitan yang selalu ada di sekeliling kita dan kita akan selalu berada dalam pertolongan Allah. Rasulullah bersabda, :
“Tiga golongan yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah : pejuang di jalan Allah, seorang hamba sahaya yang menghendaki kebebasan dan seorang yang menikah karena menginginkan kesucian.” (HR. Tirmidzi)
Belajarlah untuk selalu menjadikan Allah sebagai muara cinta kita sehingga kita dapat berfikir dan melihat dengan jernih semua yang akan kita lakukan. Jika kita mampu maka menikah adalah pilihan yang terbaik. Tetapi jika kita belum mampu bersabarlah dan yakinlah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita.
Mencintai tidak hanya untuk lawan jenis. Mencintai teman dan saudara seiman karena Allah adalah suatu keharusan. Orang-orang yang saling mencintai karena Allah berbagi kebahagiaan dengan orang yang dicintainya. Bahkan ia rela mendahulukan kepentingan dan kebahagiaan saudaranya. Rasulullah bersabda, : “Tidaklah saling mencintai dua orang dalam agama Allah Ta’ala kecuali yang paling afdal diantara keduanya adalah yang paling besar cintanya pada sahabatnya.” (HR. Tirmidzi). Waallahu a’lam bisshowab…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar