Sabtu, 24 Oktober 2009

Menikmati Ilmu Tanpa Lelah

Melalui maraknya pemberitaan diberbagai media massa, belakangan ini kita diingatkan kembali akan tingginya intensitas penghancuran massal dibumi Allah, Gaza, Palestina, oleh zionis Isarel. Sekitar 40 persen korban meninggal adalah anak-anak dan wanita. Inalillahi wa Inalillahi Roji’un. Hal itu jelas memperingatkan kita kembali dengan atau tanpa adanya agresi Israel, semua yang bernafas dibumi akan kembali jua pada-Nya, cepat atau lambat. Tapi indahnya kematian adalah jika kita sudah punya ‘bekal’ untuk menghadap-Nya. Ternyata sekitar 3500 anak di Palestina adalah anak yang gemar belajar hingga mereka menjadi penjaga kitabullah dengan cara menghafal ayat-ayat kauniyah (hafidz/hafidzah), dan itulah salah satu bekal terbaik untuk menghadap-Nya.

Hingga kini saya terus teringat ketika beberapa waktu yang lalu pernah melihat beberapa gambar foto dalam sebuah majalah. Gambar foto itu menjelaskan anak-anak Palestina yang tengah berangkat ke sekolah, tapi ditengah jalan ditodong dengan senjata laras panjang oleh tentara Israel. Beberapa gambar menunjukkan mereka hanya bisa belajar di tepi jalan sebab gedung sekolahnya hancur digempur bom Israel. Keselamatan mereka jelas jauh dari aman. Tapi semangat belajar mereka sedemikian menyala untuk mendapatkan segenggam ilmu.

Ternyata dikalangan merekapun terbentuk suatu opini, jika anak-anak pergi kesekolah bisa berujung pada tidak pulangnya ia kerumah karena ada ‘pencidukan’ dari pihak zionis Israel untuk ‘diinapkan’ dalam penjara-penjara Israel. Tentu hal tersebut terasa sangat menyakitkan orang tua jika anak yang dicintai, tidak pulang kerumah atau bahkan sampai pulang hanya tinggal namanyan saja alias telah meninggal.

Satu pelajaran yang menarik perhatian saya dari anak-anak Palestina ialah walau ditengah kondisi konflik berkepanjangan di Gaza-Palestina, mereka masih mempunyai semangat tinggi untuk menuntut ilmu sekalipun taruhannya nyawa. Jika dibandingkan dengan kondisi kita yang masih dapat dikatakan jauh lebih baik dari mereka dengan segala fasilitas belajar -walaupun memang masih belum sepenuhnya nyaman dengan segala fasilitas yang disediakan kampus- sangatlah kontras. Kita malah menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar, seperti tidak mengerjakan tugas dari dosen, sering membolos tanpa alasan yang jelas. Dimana rasa syukur kita dalam hal menuntut ilmu, kalau ujung-ujungnya hanya menyuburkan budaya culas seperti mencontek hingga tak menjadikan diri untuk sungguh-sungguh belajar? Akankah kita termasuk umat yang tidak pandai bersyukur atas segala nikmat-Nya? Sulitkah kita jadi penikmat ilmu dengan menjadi pembelajar sejati yang jujur?

Ya Rabb, dosaku menggunung tinggi. Tapi lautan ampunan-Mu tiada terbatas dan langit rahmatmu terhampar tiada batas. So..jangan sia-siakan kesempatan dalam hidup yang cuma sekali ini, mari jadi penikmat ilmu sekarang juga sebagai salah satu bekal untuk mengahdap-Nya kelak. (Ctr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar