Minggu, 25 Oktober 2009

Baca, Yang Keras Ya Pah...

Semuanya itu disadari Anwar saat termenung seorang diri sambil menatap keluar jendela rumahnya. Dengan susahnya ia memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka. Dia hanya berpikir mengenai perkataan anaknya April sekitar 3 minggu yang lalu. Malam itu, Anwar membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat penting dengan bosnya besok pagi.

Pada saat Anwar memulai pekerjaannya, April putrinya yang baru berusia 4 tahun datang menghampiri, dengan membawa buku ceritanya yang baru. Dengan manjanga April berkata, "Ayah lihat!" Anwar menengok kearahnya dan berkata, "Wah, buku baru ya?" "Ya Ayah!" katanya bersemangat, "Bacain dong!" "Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang ya sayang", kata Anwar dengan lembut sambil mengalihkan perhatiannya pada tumpukan kertas di atas mejanya.

April hanya berdiri terpaku di samping Anwar sambil memperhatikan. Lalu dengan suaranya yang lembut dan sedikit dibuat-buat mulai merayu kembali "Tapi Ibu bilang Ayah mau membacakannya untuk April". Dengan perasaan agak kesal Anwar menjawab: "April dengar, Ayah sangat sibuk. Minta saja Ibu untuk membacakannya". "Tapi Ibu lebih sibuk daripada Ayah" katanya lirih. "Lihat Ayah, gambarnya bagus dan lucu." "Lain kali April, sama Ibu saja! Ayah sedang banyak kerjaan."

Waktu berlalu, April masih berdiri kaku disebelah Ayahnya sambil memegang erat bukunya. Lama sekali Anwar mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba April berkata "Tapi Ayah, gambarnya bagus sekali dan ceritanya pasti bagus! Ayah pasti suka". "April, sekali lagi Ayah bilang: Lain kali!" dengan agak keras Anwar membentak anaknya.
Dengan menahan air mata April mulai menjauh, "Iya deh, lain kali ya Ayah, lain kali". Tapi April kemudian mendekati Ayahnya sambil menyentuh lembut tangannya, menaruh bukunya dipangkuan sang Ayah sambil berkata "Kapan saja Ayah ada waktu baca saja untuk Ayah ya, tidak usah baca untuk April,. Tapi kalau Ayah bisa, bacanya yang keras ya, supaya April juga bisa ikut dengar".

Anwar hanya diam. Kejadian 3 minggu yang lalu itulah sekarang yang ada dalam pikirannya.Ia teringat akan April yang dengan penuh pengertian mengalah. April yang baru berusia 4 tahun meletakkan tangannya yang mungil diatas tangannya yang kasar mengatakan: "Tapi kalau bisa bacanya yang keras ya Yah, supaya April bisa ikut dengar". Dan karena itulah Anwar mulai membuka buku cerita yang diambilnya dari tumpukan kertas di meja kerjanya.

Bukunya sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah mulai usang dan koyak. Anwar mulai membuka halaman pertama dan dengan suara parau mulai membacanya. Anwar sudah melupakan pekerjaannya yang dulu sangat penting. Ia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh putrinya di jalan depan rumah. Anwar terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin, cukup keras bagi April untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir. Mungkin...

JANGAN JADIKAN DIRI ANDA SEPERTI ANWAR,
SAAT SEMUANYA TERJADI, PENYESALAN SUDAH SANGAT TERLAMBAT......
LAKUKAN SESUATU SEBELUM ANDA TERLAMBAT UNTUK MENYADARINYA,
BERIKANLAH KEBAHAGIAAN BAGI MEREKA YANG ANDA CINTAI
APAKAH ANDA BENAR-BENAR MENCINTAI MEREKA? (idr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar