Jika kau dapat menemukannya,
dalam diri pemuda tersimpan semangat juang yang tak terhitung jumlahnya.
Jika kau dapat melihatnya,
dalam diri pemuda buih hingga gelombang perjuangan seharunya membanjiri jiwa dan pikiran untuk terus bergerak maju.
Jika kau dapat memilikinya,
maka semangat pemuda itu adalah pengukuh, ruh kebangkitan bangsa juga umat.
Jika kau sudah menikmatinya,
jangan pernah padamkan bara semangat itu hingga kau temukan senja diumurmu.
Saat ini pemuda di negeri yang memiliki jumlah penduduk muslimnya terbesar di dunia -sekitar 180 juta orang- sedang menghadapi tantangan besar dalam hal budaya hidup yang akrab dengan keseharian mereka. Dahsyatnya terpaan budaya pemikiran oleh barat membuat pemuda yang tak ‘pintar’ untuk mem-filter budaya barat yang negatif, menjadikan mereka rapuh terhadap perjuangan hidup yang sebenarnya. Menurut mereka yang mengaku anak ‘gaul’, clubbing merupakan ajang gaul yang terlalu sayang jika dilewatkan. Bagi mereka free seks dan menikmati barang haram (narkoba-pent) dapat meningkatkan kepercayaan diri bahkan harga diri di kalangan mereka.
Kini asing bagi pemuda negeri ini, khususnya yang mengaku dirinya anak kota, untuk belajar mengaji, untuk mendengar ceramah dari para ustadz/ustadzah. Asing benar bagi pemuda yang mengaku dirinya modern untuk bersinggungan dengan dakwah (sebagai penyeru sekalian alam).
------------------------------
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”(Qs. al - Hujurat : 15)
-------------------------------
Melihat hal ini, kita sebagai pemuda, sepatutnya mencoba berbudaya lebih baik. Marilah maknai kembali tujuan hidup kita yang sebenarnya. Sudahkan kita mengingat kembali untuk apa saja umur kita telah digunakan? Kebaikan apa saja yang telah memenuhi pundi-pundi amal kita. Padahal naif sekali jika sekalipun kita tak mau memikirkan hal tersebut. Sebab manusia mana yang tahu kematian kapan akan menjemputnya?
Jika diukur dengan keadaan mahasiswa di kampus kita, hal serupa di atas mudah sekali ditemukan. Contoh real abu-abunya pemikiran kaum muda tergambar jelas. Sudah menjadi kewajiban sebagai manusia terdidik lebih mempunyai pikiran terbuka untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik, setidaknya kita dapat meminimalisir hal-hal yang merugikan orang lain yang berasal dari diri kita.
Wahai pemuda janganlah terlena dengan kenikmatan yang mematikan hatimu! Bukalah mata kita atas kekeliruan yuang telah kita lakukan. Jangan sengaja menutup mata hati kita! Beranilah untuk tidak pernah menyerah dalam menapaki hidup ini dengan penuh makna yang bisa kita mengerti secara sadar. (ctr)
Minggu, 25 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar